MAKALAH BDP PEMBELAJARAN LANGSUNG



BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah pemberian bantuan kepada orang lain secara sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengaktifkan potensi orang lain, agar yang bersangkutan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut La sula (2000:34) “pendidikan adalah suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik yang berlangsung di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat)”.
Masalah interaksi di kelas, yaitu komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar di kelas merupakan masalah pendidikan yang sangat menarik untuk dibicarakan yang sampai kini tidak pernah ada habisnya. Oleh karena itu bagi para pendidik serta pengelola pendidikan senantiasa diharapkan pemecahannya guna menuju proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Shachelford dan Fenak (dalam Ulfah, 2004:3), apa yang dikenal selama ini dalam proses belajar mengajar yaitu bahwa mengajar harus menguasai :
a.      Apa yang diajarkan;
b.     Teori pengajaran yang relevan;
c.      Hal-hal baru (mau melakukan penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar yang diajarkan);
d.     Karakteristik siswa.
Setiap guru harus memiliki keahlian di dalam memilih model pengajaran yang dipakai sehari-hari dikelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model pengajaran langsung (Direct instruction). Istilah lain yang sering di pergunakan ialah pengajaran aktif, Master learning dan Explicit Instruction.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

A.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.       Apa deskripsi model pengajaran langsung?
2.       Bagaimanakah sintaks pengajaran langsung?
3.       Bagaimanakah lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pengajaran langsung?

B.     Tujuan 
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.         Mengetahui deskripsi pengajaran langsung.
2.         Menjelaskan sintaks pengajaran langsung
3.         Menjelaskan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pengajaran langsung.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Model  Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan”. Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar . Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
            Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001):”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.
Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.
            Arends (1997) menyatakan: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”. Artinya: Model pengajaran langsung secara khusus dirancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”. Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas.
Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows, 1985 menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung) ini dengan istilah ‘pengajaran aktif’. Atau diistilahkan sebagai mastery teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, 1982. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction).
            Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.
            Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,   struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction (model pembelajaran langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model pembelajaran langsung atau direct instruction menuntut siswa untuk mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Ciri-ciri pengajaran langsung adalah:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2. Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3. Sistem  pengelolaan   dan   lingkungan   belajar   yang  mendukung   belangsung   dan berhasilnya pengajaran
B.     Pelaksanaan Model Pembelajaran Langsung
Sabagaimana halnya pelaksanaan pembelajaran pada umumnya, dalam pelaksanaan pembelajaran langsung guru perlu mengetahui bagaimana teknik perencanaannya sehingga saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses. Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung ini meliputi:
a.       Merumuskan tujuan
Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
b.      Memilih isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya materi ajar, disarankan agar memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.
c.       Melakukan analisis tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.
d.      Merencanakan waktu dan ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:
·         Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa
·         Memotifasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal

e.       Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas

Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).


C.    Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan pengajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.
     Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mencek pemahaman dan umpan balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan
Nah, kelima fase atau langkah ini akan dibahas secara mendetail pada uraian di bawah ini.
1.      Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa
Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap guru.
Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama atau setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja membantu siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran

Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru adalah menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.
Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.

 

2.      Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.

a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas

Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat besar terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak membuktikan hal ini. Biasanya, kemampuan memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan mempresentasikan informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan sebuah keterampilan, maka ini dapat dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.
Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi  dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.
Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan presentasi:

1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.

Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat presentasi agar tidak menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)

Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis. Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat kompleks.

3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan

Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang mudah dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.

4) Cek pemahaman siswa

Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar siswa juga dapat memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

b. Mendemontrasikan Keterampilan

Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran langsung yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori belajar pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui proses mengamati orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar tidak perlu melakukan trial and error (coba-coba dan gagal). Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu memperhatikan 2 hal berikut: (1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi.

1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar

Agar implementasi model pengajaran langsung (direct instruction) berhasil dilakukan guru harus mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat). Melakukan demonstrasi secara akurat bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu diperhatikan tahapan-tahapan (komponen-komponen bagian) keterampilan secara urut dan logis. Ini dapat dilakukan dengan analisis tugas (task analyisis) saat guru merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.

2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi

Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu keterampilan akan membuat pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru agar ia dapat yakin saat mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin sulit dan kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah banyak penelitian membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan kompleks dengan baik dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan demonstrasi.

3.      Membimbing Pelatihan

Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

a.  Latihan Singkat Tapi Utuh

Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan tetapi tetap utuh.

b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai

Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan prasyarat. Misalnya, ketika siswa belajar menggunakan mikroskop untuk melakukan pengamatan objek-objek berukuran kecil, mereka terlebih dahulu harus menguasai sub keterampilan bagaimana memfokuskan lensa mikroskop. Siswa tidak akan dapat melakukan pengamatan dengan mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus dilatihkan hingga benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.


c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi (Distributed Practice)

Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diperlukan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice). Misalnya, keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan pada kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya di sepanjang semester atau tahun pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke dalam segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang, maka siswa akan bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.

d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting

Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini sangat penting karena siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih mudah terkoreksi. Analoginya, lebih mudah meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan batang bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi begitu terotomatisasi, maka akan lebih mudah memperbaikinya.

4.      Mengecek Pemahaman dan Umpan Balik

Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa.
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.

5.      Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan

Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.
Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.

a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran

Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR adalah latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Keterlibatan Orang Tua Siswa

Orang tua sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR yang diberikan oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang tua membantu menjawabkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit ataukah hanya sekedar memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan memotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan PR yang diberikan.

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan

Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek apakah siswa mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah penting untuk bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
a.      Meginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
b.      Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
c.       Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
d.      Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
e.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
f.       Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
g.      Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
a.       Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
b.      Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
c.       Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
d.      Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
e.       Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f.       Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g.      Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
h.      Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
i.        Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
j.        Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
D.    Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihan-kelebihan pada setiap model pembelajaran juga ditemukan keterbatasan-keterbatasan yang merupakan kelemahannya.
a.      Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
  1. Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
  2. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun.
  3. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
  4. Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
  5. Model pengajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.
  6. Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.
  7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
  8. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
  9. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
  10. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
  11. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
  12. Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butir-butir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
  13. Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.

b.      Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut:
  1. Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
  2. Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula.
  3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
  4. Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.
  5. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.
  6.  Lingkungan belajar secara umum dapat diartikan sebagai segala macam kondisi dan tempat yang dapat menunjang terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, lingkungan belajar di sini punya dua arti, yang pertama menunjuk pada arti lingkungan yang bersifat fisik yang sering digunakan sebagai tempat terjadinya proses belajar mengajar penjas, dan yang kedua menunjuk pada arti lingkungan non fisik atau segala sesuatu yang bersifat suasana pembelajaran, baik yang diciptakan oleh guru melalui penataan tugas-tugas gerak yang harus dilakukan oleh anak maupun melalui pemilihan strategi serta gaya mengajar. Dalam naskah ini, lingkungan belajar yang didiskusikan mengarah pada lingkungan belajar yang bersifat fisik, baik yang berhubungan dengan bagaimana mengatur siswa, alat, maupun ruang atau tempat di mana kegiatan berlangsung. Sedangkan lingkungan non fisik lebih banyak di bahas dalam bab 3 dengan pemakaian label atmosfir belajar.


E.   Manajemen Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar secara umum dapat diartikan sebagai segala macam kondisi dan tempat yang dapat menunjang terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, lingkungan belajar di sini punya dua arti, yang pertama menunjuk pada arti lingkungan yang bersifat fisik yang sering digunakan sebagai tempat terjadinya proses belajar mengajar penjas, dan yang kedua menunjuk pada arti lingkungan non fisik atau segala sesuatu yang bersifat suasana pembelajaran, baik yang diciptakan oleh guru melalui penataan tugas-tugas gerak yang harus dilakukan oleh anak maupun melalui pemilihan strategi serta gaya mengajar. Dalam naskah ini, lingkungan belajar yang didiskusikan mengarah pada lingkungan belajar yang bersifat fisik, baik yang berhubungan dengan bagaimana mengatur siswa, alat, maupun ruang atau tempat di mana kegiatan berlangsung.
1.    Lingkungan Belajar sebagai Sistem Pengelolaan
Pelajaran pendidikan jasmani yang baik harus memiliki lingkungan yang kondusif  bagi berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, lapangan dan bangsal olahraga harus menjadi tempat yang nyaman bagi siswa dalam menggali pengalaman yang positif. Guru dan siswa harus merasa senang berada di dalamnya. Dengan perasaan yang demikian, guru akan mau mengajar dengan sungguh-sungguh, dan siswa akan belajar dengan baik pula.
Siapakah yang harus bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang demikian? Tentu saja guru penjas; bukan siswa, bukan pula guru-guru lain. Patut diingat, secara umum guru penjas mempunyai tanggung jawab untuk (1) menyediakan isi pelajaran yang sesuai dan menantang siswa, (2) 2 mengembangkan dan mempertahankan lingkungan yang kondusif untuk mempelajari isi pelajaran, dan (3) mengusahakan peningkatan kedisiplinan siswa. Ketiga tanggung jawab di atas, pada praktiknya harus diwujudkan dalam bentuk fungsi pengajaran yang berkaitan dengan manajemen dan fungsi pengajaran yang berkaitan dengan isi pelajaran. Kedua fungsi tersebut dimaksudkan sebagai berikut:
a. Manajemen: Mengatur lingkungan untuk proses pembelajaran dan menjaga serta mengembangkan perilaku dan keterlibatan siswa yang sesuai dengan isi pelajaran.
b. Isi pelajaran: menetapkan dan menyajikan substansi yang berkaitan dengan kurikulum– menentukan apa yang harus dipelajari.
c. Keterampilan manajemen yang baik dari guru sangat penting untuk terjadinya pengajaran yang efektif. Memang, kemampuan manajemen sendiri tidak cukup untuk membuat guru menjadi efektif, tetapi guru tidak bisa menjadi efektif tanpa adanya keterampilan manajemen ini. Proses pengajaran dan proses pembelajaran diakui banyak pihak sebagai suatu sistem ekologis, yang menunjukan adanya saling ketergantungan dari banyak sistem yang bekerja pada saat yang sama.
Sistem isi pelajaran dan sistem manajemen yang diciptakan guru pada kelas pendidikan jasmani, misalnya, merupakan dua sistem yang saling tergantung tadi. Isi pelajaran menentukan bagaimana manajemennya, dan manajemen yang ditempuh menentukan keberhasilan terkuasainya isi pelajaran.
Kelemahan dalam kemampuan manajemen bisa tercermin dari proses yang tidak menantang siswa untuk belajar. Ciri yang paling mencolok adalah banyak siswa yang tidak terlibat dalam tugas yang diberikan guru, malah lebih banyak melakukan tindakan di luar tugas (off-task behavior). Terhadap kecenderungan ini guru seringkali menyalahkan siswa yang tidak rajin, tidak disiplin, dsb. Padahal, bisa jadi, perilaku mereka lebih disebabkan oleh fungsi manajemen yang kurang baik, misalnya menyebabkan siswa menunggu lama untuk mendapat giliran, tidak cukupnya alat, tugas yang terlalu mudah atau terlalu sulit, atau siswa tidak melihat relevansi tugas dengan cara mereka belajar. Para pendidik seharusnya menyadari fungsi manajemen sebagai suatu usaha untuk meciptakan dan memelihara keteraturan (Doyle, 1986; dalam Rink, 1993).      Keteraturan dalam setting kependidikan berarti tingkat keterlibatan siswa yang tinggi dalam kegiatan yang seharusnya dilakukan siswa, dengan seminimal mungkin timbulnya perilaku yang tidak sesuai. Kemampuan guru dalam menciptakan lingkungan belajar adalah sekaligus merupakan kemampuan mengorganisasi kelas. Bagaimana guru mengatur lingkungan sangat berpengaruh besar, bukan saja pada terjadinya pembelajaran isi pelajaran, tetapi juga pada potensi pengalaman belajar untuk menyumbang pada tujuan dan sasaran program penjas. Kemampuan manajemen dalam pembelajaran penjas amat penting karena berhubungan dengan unsur-unsur lingkungan belajar, baik unsur yang berkaitan dengan alat, dengan   ruang, maupun yang berkaitan dengan orang peserta pembelajaran (siswa), bahkan dengan waktu yang tersedia.
Mengatur Waktu
Aspek waktu dalam manajemen lingkungan belajar berkepentingan dengan pengaturan seberapa lama siswa akan memerlukan waktu untuk melatih suatu tugas dan seberapa tinggi kekerapan tugas itu dilakukan siswa. Waktu adalah aspek yang penting dari struktur pembelajaran dan dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif.
Lamanya pelaksanaan tugas.
Tidak banyak guru, yang paling berpengalaman sekalipun, dapat memperkirakan jauh sebelumnya seberapa lama waktu yang diperlukan siswa untuk melatih suatu tugas gerak sebelum bergerak ke tugas berikutnya. Dalam beberapa strategi pengajaran, guru harus memutuskan terlebih dahulu aspek yang berkaitan dengan waktu. Dengan keharusan itu, pengalokasian waktu setiap tugas gerak sulit dilakukan, khususnya karena tidak ada cara yang dianggap terbaik untuk mengantisipasi kebutuhan waktu. Keputusan tentang kapan mengalihkan kegiatan anak ke tugas lain atau kapan merubah tugas yang dilakukan siswa biasanya hanya didasarkan pada apa yang dilihat guru dari kemajuan siswa ketika proses berlangsung. Namun demikian guru harus mengetahui beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai patokan, yaitu pertama, siswa harus mendapatkan waktu yang cukup untuk mendapatkan manfaat dari overlearning, dan kedua, guru harus dapat menyebabkan siswa berhadapan kembali dengan tugas yang sama di lain waktu walaupun dalam bentuk yang sudah berubah.

B. Manajemen Penataan Lingkungan Belajar
Penataan lingkungan belajar dengan prinsip manajemen berarti mengikuti minimal tiga fungsi manajemen, yaitu yang berkaitan dengan perencanaan (sebelum berlangsungnya pembelajaran), pelaksanaan (pada saat pembelajaran berlangsung), dan evaluasi (ketika pelajaran berakhir). Selama fase perencanaan, guru membangun dan melatih secara mental rencana-14 rencana manajemen. Selama fase pelaksanaan guru menciptakan suasana yang mendukung terjadinya pembelajaran. Pada saat yang sama, fase ini merupakan implementasi dari rencana manajemen, agar siswa melatihnya seperti mereka melatih keterampilan gerak. Akhirnya, guru mengevaluasi rencana untuk menentukan keseluruhan efektivitasnya.
 Harap diingat, bahwa manajemen lingkungan belajar yang efektif, merupakan proses yang berkelanjutan yang tidak pernah sepenuhnya tercapai. Jadi ketika guru menciptakan manajemen lingkungan belajar, guru harus memeliharanya dan secara periodik meninjaunya kembali. Dari segi keselamatan, guru tentunya perlu memasukkan ke dalam kemampuan manajemennya kesadaran untuk selalu yakin bahwa lingkungan di sekitar sekolah memang aman, dan peralatan yang dipakaipun masih layak pakai. Berikut adalah pertimbangan yang harus dibuat dalam kaitannya dengan fasilitas sekolah dan peralatan.
Fasilitas
 Pertimbangkan persyaratan ruang yang akan digunakan untuk setiap aktivitas. Kegiatan tertentu memerlukan ruang yang lebih daripada kegiatan lainnya.

Orientasi
Segala penataan yang dilakukan dalam fase perencanaan, tentunya perlu dibarengi dengan penerapan peraturan dalam hal bagaimana siswa mengikuti prosedur yang diterapkan dalam hal penggunaan alat, penggunaan ruang, waktu, serta formasi yang ditetapkan guru. Untuk itu guru perlu memulainya dengan memberikan semacam orientasi bagaimana kesemua ketetapan di atas harus dilakukan. Proses orientasi ini hendaknya dilakukan di awal tahun pelajaran dan perlu dilatih atau dibiasakan secara berulang-ulang. Waktu yang dihabiskan untuk pembiasaan ini akan terbayar oleh hasilnya yang nyata di belakang hari.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung ini meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memilih materi pembelajaran; (3) melakukan analisis tugas (task analysis); (4) merencanakan alokasi waktu; dan (5) merencanakan pengaturan ruang kelas.
Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu 1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa, 2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan, 3) Menyediakan Latihan Terbimbing, 4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik, 5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri.

B.  Saran
Penulis mengharapkan kritik maupun saran serat masukan dari para pembaca sekalian pada makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua. Demikian kami ucapkan banyak terima kasih.

Komentar

Postingan Populer