MAKALAH BDP PEMBELAJARAN LANGSUNG
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan pada
hakekatnya adalah pemberian bantuan kepada orang lain secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan dan mengaktifkan potensi orang lain, agar yang
bersangkutan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut La sula
(2000:34) “pendidikan adalah suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik
terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik yang berlangsung di semua
lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat)”.
Masalah
interaksi di kelas, yaitu komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar
mengajar di kelas merupakan masalah pendidikan yang sangat menarik untuk
dibicarakan yang sampai kini tidak pernah ada habisnya. Oleh karena itu bagi
para pendidik serta pengelola pendidikan senantiasa diharapkan pemecahannya
guna menuju proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
Menurut
Shachelford dan Fenak (dalam Ulfah, 2004:3), apa yang dikenal selama ini dalam
proses belajar mengajar yaitu bahwa mengajar harus menguasai :
a.
Apa yang diajarkan;
b.
Teori pengajaran yang relevan;
c.
Hal-hal baru (mau melakukan
penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar yang diajarkan);
d.
Karakteristik siswa.
Setiap guru
harus memiliki keahlian di dalam memilih model pengajaran yang dipakai
sehari-hari dikelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja
berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan
diberikan pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu
bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model
pengajaran langsung (Direct instruction).
Istilah lain yang sering di pergunakan ialah pengajaran aktif, Master
learning dan Explicit Instruction.
Model pengajaran
langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang
sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari
selangkah demi selangkah.
A.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.
Apa deskripsi model pengajaran langsung?
2.
Bagaimanakah sintaks pengajaran langsung?
3.
Bagaimanakah lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pengajaran
langsung?
B.
Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui deskripsi pengajaran langsung.
2.
Menjelaskan sintaks pengajaran langsung
3.
Menjelaskan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pengajaran
langsung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Model Pembelajaran Langsung
Model
Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan”. Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah
membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara
berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar
. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah
adalah model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends
(2001):”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills
and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes
here, the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah
model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan
tersebut, model yang digunakan dinamakan model
pengajaran langsung.
Model pengajaran
langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang
berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan
balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan.
Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan
penerapan teori perilaku tersebut.
Arends
(1997) menyatakan: “The direct instruction model was specifically designed
to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge
that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”.
Artinya: Model pengajaran langsung secara khusus dirancang
untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat diajarkan
secara langkah-demi-langkah. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ”Direct
instruction is a teacher-centered model that has five steps: establishing set,
explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended
practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the
teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”. Artinya:
Pengajaran langsung adalah model berpusat
pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan
tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan
perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran
langsung memerlukan perencanaan
yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar
yang menyenangkan
dan berorientasi tugas.
Jadi model
pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher
centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini,
guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan
kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki
peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa
menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good
dan Grows, 1985 menyebut direct instruction (model pembelajaran
langsung) ini dengan istilah ‘pengajaran aktif’. Atau diistilahkan sebagai mastery
teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, 1982. Sedangkan oleh Rosenshine dan
Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction).
Model
pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara
selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu
hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung
adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di
samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif
dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik,
sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.
Guru
yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan
keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan
kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada
siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan
memberikan umpan balik.
Perlu diketahui
dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction (model pembelajaran
langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah, dan
resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model pembelajaran
langsung atau direct instruction menuntut siswa untuk mempelajari suatu
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah.
Ciri-ciri pengajaran langsung
adalah:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan
prosedur penilaian hasil belajar.
2. Sintak atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran
3. Sistem pengelolaan
dan lingkungan belajar
yang mendukung belangsung
dan berhasilnya pengajaran
B.
Pelaksanaan
Model Pembelajaran Langsung
Sabagaimana halnya pelaksanaan pembelajaran pada umumnya,
dalam pelaksanaan pembelajaran langsung guru perlu mengetahui bagaimana teknik perencanaannya sehingga
saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses. Adapun pembahasan tentang
aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung ini meliputi:
a.
Merumuskan tujuan
Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada
siswa yang spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian
(kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kerja yang diharapkan
(kriteria keberhasilan).
b.
Memilih isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan
sepenuhnya materi ajar, disarankan agar memilih materi ajar mengacu pada GBPP
kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.
c.
Melakukan analisis
tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru
untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikatnya dari suatu
keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan
diajarkan oleh guru.
d.
Merencanakan waktu
dan ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:
·
Memastikan bahwa
waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa
·
Memotifasi siswa
agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal
e. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas
Dikarenakan model
pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa
kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka
pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk
diperhatikan. Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus
memungkinkan siswa mudah mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru
sebaiknya berada pada posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih
tinggi, yang dapat dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah.
Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model
pembelajaran langsung (direct instruction).
C.
Sintaks
Model Pembelajaran Langsung
Salah satu
karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan
pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan
pengajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain,
yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk
kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.
Fokus
akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa
selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan
kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan
pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama
pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran
diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi
terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
sintaks model pembelajaran langsung
terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mempresentasikan dan
mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mencek pemahaman dan umpan balik
5. Memberi kesempatan pelatihan
lanjutan dan penerapan
Nah, kelima fase atau langkah ini
akan dibahas secara mendetail pada uraian di bawah ini.
1.
Menyampaikan Tujuan Dan
Mempersiapkan Siswa
Sebenarnya fase yang pertama dari
model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang
lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk
mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap
guru.
Tujuan dari fase (langkah)
pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini
adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran yang
akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar
yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks
model pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran;
dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.
a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Setiap guru wajib menyampaikan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama atau setelah mengikuti
suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas
dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa mereka harus
terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja membantu
siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari kegiatan belajar
mengajar yang akan dilakukan.
b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran
Selain menyampaikan tujuan
pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru adalah menarik perhatian
siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru. Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru. Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.
2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Agar guru berhasil melaksanakan
fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini,
maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang
efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan
dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat
krusial.
a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas
Apabila guru menyajikan informasi
(pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat besar terhadap proses
pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak membuktikan hal ini. Biasanya,
kemampuan memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh
bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan
mempresentasikan informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan sebuah
keterampilan, maka ini dapat dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda
(pemula) yang belum berpengalaman.
Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.
Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan presentasi:
Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.
Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan presentasi:
1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.
Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan
tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada sebuah titik (arah) dalam suatu
waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat presentasi agar tidak menyimpang dari
pokok pembicaraan (presentasi).
2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)
Caranya, buat presentasi dalam
langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis. Sajikan terlebih dahulu
outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat kompleks.
3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan
Kejelasan presentasi dapat
diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang mudah dipahami siswa. Bila
perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.
4) Cek pemahaman siswa
Sebelum melanjutkan presentasi pada
langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham langkah sebelumnya. Gunakan
pertanyaan agar siswa juga dapat memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila
perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.
b. Mendemontrasikan Keterampilan
Mendemonstrasikan suatu
keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran langsung yang berpegang pada
Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori belajar
pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui
proses mengamati orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan
sangat mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari
bahaya. Pebelajar tidak perlu melakukan trial and error (coba-coba dan
gagal). Agar
demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu
memperhatikan 2 hal berikut: (1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan
benar; dan (2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi.
1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar
Agar implementasi model pengajaran
langsung (direct instruction) berhasil dilakukan guru harus
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat). Melakukan demonstrasi
secara akurat bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu diperhatikan
tahapan-tahapan (komponen-komponen bagian) keterampilan secara urut dan logis.
Ini dapat dilakukan dengan analisis tugas (task analyisis) saat guru merencanakan
sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.
2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi
Latihan yang dilakukan guru untuk
melakukan demonstrasi suatu keterampilan akan membuat pelaksanaan demonstrasi
sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru agar ia dapat yakin saat
mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin sulit dan
kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah banyak
penelitian membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan kompleks
dengan baik dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan
demonstrasi.
3. Membimbing Pelatihan
Fase ketiga sintak model
pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing pelatihan.
Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa
tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan
guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa
dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru saat
melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi
utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap
kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan
latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap
awal latihan.
a. Latihan Singkat Tapi Utuh
Suatu keterampilan yang baru
dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang sulit atau kompleks
perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan
tetapi tetap utuh.
b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai
Pada suatu keterampilan kompleks
selalu terdapat sub keterampilan prasyarat. Misalnya, ketika siswa belajar
menggunakan mikroskop untuk melakukan pengamatan objek-objek berukuran kecil,
mereka terlebih dahulu harus menguasai sub keterampilan bagaimana memfokuskan
lensa mikroskop. Siswa tidak akan dapat melakukan pengamatan dengan mikroskop
apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan
prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus dilatihkan hingga benar-benar
dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja guru melanjutkan untuk
mengajarkan sub keterampilan berikutnya.
c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi (Distributed Practice)
Bila suatu keterampilan amat
kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan pembelajaran, keterampilan itu
tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diperlukan
latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed
practice). Misalnya, keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan
pada kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya di sepanjang semester atau tahun
pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka
dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke
dalam segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu keterampilan
kompleks diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang, maka siswa akan
bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.
d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting
Perhatikan kemampuan siswa
melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini sangat penting karena
siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki (membetulkan)
kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih mudah terkoreksi.
Analoginya, lebih mudah meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan
batang bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi
begitu terotomatisasi, maka akan lebih mudah memperbaikinya.
4. Mengecek Pemahaman dan Umpan Balik
Umpan balik amat diperlukan dan
dilakukan pada fase keempat penerapan model pembelajaran langsung (direct
instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik dari siswa.
Guru harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan
kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga
harus memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan
yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa.
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.
5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan
Fase terakhir (kelima) dari sintaks
model pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan
penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering
diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR).
Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan
keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga
dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah
diberikan oleh guru di kelas.
Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.
Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.
a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran
Perlu dicatat, bahwa PR bukan
kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR adalah
latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.
b. Keterlibatan Orang Tua Siswa
Orang tua sebaiknya mengetahui
sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR yang diberikan oleh guru. Guru perlu
memberi tahu apakah orang tua membantu menjawabkan pertanyaan-pertanyaan yang
sulit ataukah hanya sekedar memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan
memotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan PR yang diberikan.
c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan
Umpan balik harus jelas. Guru tidak
dapat hanya sekedar mencek apakah siswa mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi,
guru juga harus betul-betul menelaahnya dengan baik, di mana kelebihan siswa
dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya
mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa
akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang
penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas, dan
semuanya menjadi beres. Hasil telaah penting untuk bahan pertimbangan
perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.
Di lain pihak, Slavin
(2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu
sebagai berikut.
a.
Meginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi
pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru
menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang
diharapkan.
b.
Me-review
pengetahuan dan keterampilan prasyarat.
Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai siswa.
c.
Menyampaikan materi pelajaran.
Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan
contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
d.
Melaksanakan bimbingan.
Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai
tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
e.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam
tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya
atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
f.
Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik.
Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan
umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.
g.
Memberikan latihan mandiri.
Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Beberapa situasi yang
memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran:
a. Ketika
guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis
besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan
keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
b. Ketika
guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki
struktur yang jelas dan pasti.
c. Ketika
guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa,
misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
d. Ketika
guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya
menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa
suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
e. Ketika
subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola
penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f. Ketika
guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g. Ketika
guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan suatu kegiatan praktik.
h. Ketika
guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
i.
Ketika para siswa
menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat
terstruktur.
j.
Ketika lingkungan
mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru
tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
D.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum
setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan yang membuat model
pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran
yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihan-kelebihan pada setiap model
pembelajaran juga ditemukan keterbatasan-keterbatasan yang merupakan
kelemahannya.
a.
Model
pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
- Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
- Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun.
- Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
- Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
- Model pengajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.
- Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.
- Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
- Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
- Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
- Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
- Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
- Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butir-butir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
- Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.
b.
Model
pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut:
- Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
- Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula.
- Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
- Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.
- Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.
- Lingkungan belajar secara umum dapat diartikan sebagai segala macam kondisi dan tempat yang dapat menunjang terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, lingkungan belajar di sini punya dua arti, yang pertama menunjuk pada arti lingkungan yang bersifat fisik yang sering digunakan sebagai tempat terjadinya proses belajar mengajar penjas, dan yang kedua menunjuk pada arti lingkungan non fisik atau segala sesuatu yang bersifat suasana pembelajaran, baik yang diciptakan oleh guru melalui penataan tugas-tugas gerak yang harus dilakukan oleh anak maupun melalui pemilihan strategi serta gaya mengajar. Dalam naskah ini, lingkungan belajar yang didiskusikan mengarah pada lingkungan belajar yang bersifat fisik, baik yang berhubungan dengan bagaimana mengatur siswa, alat, maupun ruang atau tempat di mana kegiatan berlangsung. Sedangkan lingkungan non fisik lebih banyak di bahas dalam bab 3 dengan pemakaian label atmosfir belajar.
E. Manajemen
Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar secara umum dapat
diartikan sebagai segala macam kondisi dan tempat yang dapat menunjang
terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, lingkungan belajar di sini punya
dua arti, yang pertama menunjuk pada arti lingkungan yang bersifat fisik yang
sering digunakan sebagai tempat terjadinya proses belajar mengajar penjas, dan
yang kedua menunjuk pada arti lingkungan non fisik atau segala sesuatu yang
bersifat suasana pembelajaran, baik yang diciptakan oleh guru melalui penataan
tugas-tugas gerak yang harus dilakukan oleh anak maupun melalui pemilihan
strategi serta gaya mengajar. Dalam naskah ini, lingkungan belajar yang
didiskusikan mengarah pada lingkungan belajar yang bersifat fisik, baik yang
berhubungan dengan bagaimana mengatur siswa, alat, maupun ruang atau tempat di
mana kegiatan berlangsung.
1.
Lingkungan Belajar sebagai Sistem Pengelolaan
Pelajaran pendidikan jasmani yang baik harus memiliki lingkungan yang kondusif
bagi berlangsungnya pembelajaran. Oleh
karena itu, lapangan dan bangsal olahraga harus menjadi tempat yang nyaman bagi
siswa dalam menggali pengalaman yang positif. Guru dan siswa harus merasa
senang berada di dalamnya. Dengan perasaan yang demikian, guru akan mau
mengajar dengan sungguh-sungguh, dan siswa akan belajar dengan baik pula.
Siapakah yang harus bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar
yang demikian? Tentu saja guru penjas; bukan siswa, bukan pula guru-guru lain.
Patut diingat, secara umum guru penjas mempunyai tanggung jawab untuk (1)
menyediakan isi pelajaran yang sesuai dan menantang siswa, (2) 2 mengembangkan
dan mempertahankan lingkungan yang kondusif untuk mempelajari isi pelajaran,
dan (3) mengusahakan peningkatan kedisiplinan siswa. Ketiga tanggung jawab di
atas, pada praktiknya harus diwujudkan dalam bentuk fungsi pengajaran yang
berkaitan dengan manajemen dan fungsi pengajaran yang berkaitan dengan isi
pelajaran. Kedua fungsi tersebut dimaksudkan sebagai berikut:
a. Manajemen: Mengatur lingkungan untuk proses pembelajaran dan
menjaga serta mengembangkan perilaku dan keterlibatan siswa yang sesuai dengan
isi pelajaran.
b. Isi pelajaran: menetapkan dan menyajikan substansi yang berkaitan
dengan kurikulum– menentukan apa yang harus dipelajari.
c. Keterampilan
manajemen yang baik dari guru sangat penting untuk terjadinya pengajaran yang
efektif. Memang, kemampuan manajemen sendiri tidak cukup untuk membuat guru
menjadi efektif, tetapi guru tidak bisa menjadi efektif tanpa adanya
keterampilan manajemen ini. Proses pengajaran dan proses pembelajaran diakui
banyak pihak sebagai suatu sistem ekologis, yang menunjukan adanya saling
ketergantungan dari banyak sistem yang bekerja pada saat yang sama.
Sistem isi pelajaran dan sistem manajemen yang diciptakan guru pada kelas
pendidikan jasmani, misalnya, merupakan dua sistem yang saling tergantung tadi.
Isi pelajaran menentukan bagaimana manajemennya, dan manajemen yang ditempuh
menentukan keberhasilan terkuasainya isi pelajaran.
Kelemahan dalam kemampuan manajemen bisa tercermin dari proses yang tidak
menantang siswa untuk belajar. Ciri yang paling mencolok adalah banyak siswa
yang tidak terlibat dalam tugas yang diberikan guru, malah lebih banyak
melakukan tindakan di luar tugas (off-task behavior). Terhadap
kecenderungan ini guru seringkali menyalahkan siswa yang tidak rajin, tidak disiplin,
dsb. Padahal, bisa jadi, perilaku mereka lebih disebabkan oleh fungsi manajemen
yang kurang baik, misalnya menyebabkan siswa menunggu lama untuk mendapat
giliran, tidak cukupnya alat, tugas yang terlalu mudah atau terlalu sulit, atau
siswa tidak melihat relevansi tugas dengan cara mereka belajar. Para pendidik
seharusnya menyadari fungsi manajemen sebagai suatu usaha untuk meciptakan dan
memelihara keteraturan (Doyle, 1986; dalam Rink, 1993). Keteraturan dalam setting kependidikan
berarti tingkat keterlibatan siswa yang tinggi dalam kegiatan yang seharusnya
dilakukan siswa, dengan seminimal mungkin timbulnya perilaku yang tidak sesuai.
Kemampuan guru dalam menciptakan lingkungan belajar adalah sekaligus
merupakan kemampuan mengorganisasi kelas. Bagaimana guru mengatur lingkungan
sangat berpengaruh besar, bukan saja pada terjadinya pembelajaran isi
pelajaran, tetapi juga pada potensi pengalaman belajar untuk menyumbang pada
tujuan dan sasaran program penjas. Kemampuan manajemen dalam pembelajaran
penjas amat penting karena berhubungan dengan unsur-unsur lingkungan belajar,
baik unsur yang berkaitan dengan alat, dengan
ruang, maupun yang berkaitan
dengan orang peserta pembelajaran (siswa), bahkan dengan waktu yang tersedia.
Mengatur Waktu
Aspek waktu dalam manajemen lingkungan belajar berkepentingan dengan
pengaturan seberapa lama siswa akan memerlukan waktu untuk melatih suatu tugas
dan seberapa tinggi kekerapan tugas itu dilakukan siswa. Waktu adalah aspek
yang penting dari struktur pembelajaran dan dapat digunakan oleh guru untuk
menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif.
Lamanya pelaksanaan
tugas.
Tidak banyak guru, yang paling berpengalaman sekalipun, dapat memperkirakan
jauh sebelumnya seberapa lama waktu yang diperlukan siswa untuk melatih suatu
tugas gerak sebelum bergerak ke tugas berikutnya. Dalam beberapa strategi
pengajaran, guru harus memutuskan terlebih dahulu aspek yang berkaitan dengan
waktu. Dengan keharusan itu, pengalokasian waktu setiap tugas gerak sulit
dilakukan, khususnya karena tidak ada cara yang dianggap terbaik untuk
mengantisipasi kebutuhan waktu. Keputusan tentang kapan mengalihkan kegiatan
anak ke tugas lain atau kapan merubah tugas yang dilakukan siswa biasanya hanya
didasarkan pada apa yang dilihat guru dari kemajuan siswa ketika proses
berlangsung. Namun demikian guru harus mengetahui beberapa prinsip yang dapat
digunakan sebagai patokan, yaitu pertama, siswa harus mendapatkan waktu yang
cukup untuk mendapatkan manfaat dari overlearning, dan kedua, guru harus
dapat menyebabkan siswa berhadapan kembali dengan tugas yang sama di lain waktu
walaupun dalam bentuk yang sudah berubah.
B. Manajemen Penataan
Lingkungan Belajar
Penataan lingkungan
belajar dengan prinsip manajemen berarti mengikuti minimal tiga fungsi
manajemen, yaitu yang berkaitan dengan perencanaan (sebelum berlangsungnya
pembelajaran), pelaksanaan (pada saat pembelajaran berlangsung), dan evaluasi
(ketika pelajaran berakhir). Selama fase perencanaan, guru membangun dan melatih
secara mental rencana-14 rencana manajemen. Selama fase pelaksanaan guru
menciptakan suasana yang mendukung terjadinya pembelajaran. Pada saat yang
sama, fase ini merupakan implementasi dari rencana manajemen, agar siswa
melatihnya seperti mereka melatih keterampilan gerak. Akhirnya, guru
mengevaluasi rencana untuk menentukan keseluruhan efektivitasnya.
Harap diingat, bahwa manajemen
lingkungan belajar yang efektif, merupakan proses yang berkelanjutan yang tidak
pernah sepenuhnya tercapai. Jadi ketika guru menciptakan manajemen lingkungan
belajar, guru harus memeliharanya dan secara periodik meninjaunya kembali. Dari
segi keselamatan, guru tentunya perlu memasukkan ke dalam kemampuan
manajemennya kesadaran untuk selalu yakin bahwa lingkungan di sekitar sekolah
memang aman, dan peralatan yang dipakaipun masih layak pakai. Berikut adalah
pertimbangan yang harus dibuat dalam kaitannya dengan fasilitas sekolah dan
peralatan.
Fasilitas
Pertimbangkan
persyaratan ruang yang akan digunakan untuk setiap aktivitas. Kegiatan tertentu
memerlukan ruang yang lebih daripada kegiatan lainnya.
Orientasi
Segala penataan yang dilakukan dalam fase
perencanaan, tentunya perlu dibarengi dengan penerapan peraturan dalam hal
bagaimana siswa mengikuti prosedur yang diterapkan dalam hal penggunaan alat,
penggunaan ruang, waktu, serta formasi yang ditetapkan guru. Untuk itu guru
perlu memulainya dengan memberikan semacam orientasi bagaimana kesemua
ketetapan di atas harus dilakukan. Proses orientasi ini hendaknya dilakukan di
awal tahun pelajaran dan perlu dilatih atau dibiasakan secara berulang-ulang.
Waktu yang dihabiskan untuk pembiasaan ini akan terbayar oleh hasilnya yang
nyata di belakang hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran
langsung ini meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memilih materi
pembelajaran; (3) melakukan analisis tugas (task analysis); (4)
merencanakan alokasi waktu; dan (5) merencanakan pengaturan ruang kelas.
Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting,
yaitu 1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa, 2) Mendemonstrasikan
Pengetahuan atau Keterampilan, 3) Menyediakan Latihan Terbimbing, 4) Mengecek
Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik, 5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri.
B.
Saran
Penulis
mengharapkan kritik maupun saran serat masukan dari para pembaca sekalian pada
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Semoga makalah yang telah
kami susun bermanfaat bagi kita semua. Demikian kami ucapkan banyak terima
kasih.
Komentar
Posting Komentar